ICT Literacy, How Literate are You?


ICT-literacy-940x483

Semester ini saya kebagian mengampu mata kuliah Literasi TIK. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah baru yang diajarkan di seluruh fakultas di Universitas Telkom. Beberapa bulan sebelum saya mulai masuk kelas, saya sudah mendapatkan Rencana Pembelajaran Semester (RPS)  mata kuliah ini dari prodi karena sudah mendapat bocoran kalau akan kebagian matkul baru tersebut. Karena RPS ini disusun oleh pusat (PPDU), maka konten di semua jurusan diharapkan akan sama.

Btw, apa sebenarnya itu Literasi TIK? sayangnya, pada sasaran pembelajaran di RPS tersebut sepertinya belum di update karena masih menggunakan “template” dari RPS mata kuliah Bahasa Inggris 😀 Namun, dari pokok bahasan setiap minggunya saya dapat menerka-nerka apa yang akan diajarkan di kelas. Sebenarnya saya sedikit “terkagum-kagum” begitu melihat pokok bahasannya. Selain teori, pada matkul ini juga sarat dengan praktikum diantaranya:

  • Penggunaan office (Word, Excel, PowerPoint)
  • Pencarian informasi melalui Google
  • Penggunaan WordPress
  • Penggunaan tools kolaborasi (Google Drive dan software project)

Memang, fitur-fitur yang diajarkan ada yang “biasa” dan ada juga yang tingkat lanjut (advance). Tapi yang jadi pertanyaan di benak saya adalah : “Masa sih itu aja harus diajarkan secara formal (jadi mata kuliah khusus)? Apalagi di zaman sekarang yang katanya mahasiswa sudah sangat familiar dengan TIK?”

Saya teringat jaman saya kuliah dulu… saya yang berasal dari salah satu kota (cukup) besar di Sumatera pergi merantau untuk kuliah di salah satu PTN di Jakarta dan mengambil jurusan Ilmu Komputer. Apa yang  ada benak saya saat itu? Saya akan diajarkan menggunakan komputer, seperti microsoft office, desain grafis dan sebagainya. Tapi apa yang terjadi??? Jauh dari perkiraan saya! Kami malah “diajarkan” untuk membuat software, bukan hanya menggunakannya! Saat itu saya yang masih shock.. harus belajar sendiri apa dan bagaimana membuat program dengan bahasa JAVA. Hanya berbekal buku yang tebal dan soal pemicu dari dosen. Kami, mahasiswa, diharapkan dapat belajar mandiri secara berkelompok. Boro-boro minta diajarin office..hahaha (tertawa miris)

Tapi ternyata, tidak semua seperti saya. Beberapa teman saya yang berasal dari sekolah keren di Jakarta, sudah pernah mendapatkan pelajaran pemrograman di sekolahnya. Yaa, disinilah saya baru menyadari ada “kesenjangan” pendidikan di negara tercinta ini.  Dan mungkiiiin, kesenjangan itu masih terjadi 14 tahun kemudian.. saat ini. Mungkin saja diantara ribuan mahasiswa baru yang masuk ke universitas ini masih ada sekian persen yang tidak tahu bagaimana menggunakan Office, belum pernah pakai Google, apalagi WordPress. Oleh karena itu, mata kuliah ini menjadi “penting” untuk diajarkan ke mahasiswa agar mereka nanti bisa bersaing di dunia kerja.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *